SANG KERBAU YANG BIKIN 'SENEWEN'

BLACK IN NEWS: Pada postingan kali ini, kata temen2 agak berbeda, ada bau-bau politisnya. (Cia.... sok politis niye..) Ya.. bukannya sok politis bro, tapi sedikit-sedikit aku ngikutin lah fenomena-fenomena yang sedang berkembang akhir-akhir ini dinegara yang kita cintai ini. Btw... kembali pada pokok permasalahan. KITA, katanya adalah bangsa yang menjunjung etika. Tapi, apakah sekarang kita benar-benar menempatkan etika itu ditempat yang tinggi? Beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini mungkin bisa menjadi cerminnya. Sebut saja Pansus DPR dengan Bailoutnya yang kadang mengenyampingkan etika dengan saling gontok-gontokan, dan yang paling gres tentu Aksi unjuk rasa memperingati 100 hari pemerintahan SBY sudah lewat beberapa hari yang lalu dengan membawa seekor kerbau sebagai simbolnya. Meski aksi itu udah berlalu tapi sang Presiden masih belum bisa melupakan persitiwa tersebut. Sang Presiden terusik oleh kerbau yang ditempeli poster dirinya. Presiden merasa diejek pengunjuk rasa yang dianggap menyamakan dirinya dengan hewan tersebut.

Di tengah sawah, kerbau adalah binatang yang dipakai para petani untuk membajak, tapi dipanggung politik apalagi bila si kerbau dikait-kaitkan ia bisa berubah menjadi multitafsir. Panggung politik memang tak ubahnya sebuah panggung pertunjukan raksasa. Di atas panggung itu segala sesuatu bisa berubah maknanya secara tiba-tiba. Ambil contoh, sebuah kursi, hanyalah sebuah kursi tanpa makna apa-apa jika dipakai untuk duduk. Tapi jika kursi kosong itu diletakkan diatas panggung kosong, bisa ditafsirkan sebagai kekuasaan, kedudukan, tahta, pemimpin dan lain sebagainya. Pun begitu dengan seekor kerbau, kalau dia berada di bundaran HI dan diajak berdemo, ia dipertanyakan etika penyimbolannya, sebab udah dibawa keranah politik.

Dari kacamata Zodiak Tionghoa (shio) konon kerbau memiliki karakter tenang, sabar, mu introspeksi, cermat mengatur uang, dan cermat sebelum mengambil keputusan. Tapi, kalo menurut karakter yang melekat pada shio kerbau, dia cenderung lambat karena kehati-hatiannya yang berlebihan. Jadi sebagai sebuah simbol yang tidak dipolitisasi, kerbau adalah baik-baik saja.

Di kalangan masyarakat Indonesia, kerbau sering digunakan sebagai simbol kebodohan, kemalasan, kebebalan. Sebab, kerbau tidak akan berjalan kalau tidak dicambuk atau tali tali pengikatnya ditarik. Di sekolah-sekolah pedesaan, tak jarang pula para guru mendorong siswanya agar rajin belajar dan menjadi pandai. Kalau tidak rajin belajar akan bodoh seperti kerbau.

Padahal Kerbau itu sebenarnya memiliki, minimal dua kelebihan. Pertama, tidak "sembarangan" ketika buang kotoran. Di luar kandang kerbau akan buang kotorannya ditempat yang sama dengan yang dilakukannya pada hari-hari sebelumnya. Kedua, kerbau memiliki tenaga yang kuat. Tak heran jika di desa-desa kerbau sering dimanfaatkan untuk membajak sawah, bahkan untuk menarik pedati.
Namun.... apapun kelebihannya, kerbau jelas sudah terlanjur menjadi simbol kebodohan, kemalasan dan kedunguan.